get app
inews
Aa Read Next : Jadwal Terbaru  Kapal Pelni KM Nggapulu September-Oktober 2024: Rute Ambon, Banda, Tual, Hingga Fak

Rebo Wekasan 2024 Jatuh Tanggal Berapa? Ini Jadwal dan Bacaan Doanya

Selasa, 27 Agustus 2024 | 20:31 WIB
header img
Ilustrasi Umat Muslim sedang berdoa

iNewsIndramayu.id - Rebo Wekasan 2024 jatuh pada tanggal berapa menarik diulas karena banyak masyarakat yang bertanya-tanya mengenai kapan Rabu terakhir di Bulan Safar tiba.

Rebo Wekasan atau Rabu Pungkasan adalah Rabu terakhir di bulan Safar.

Sebagian masyarakat Nusantara, khususnya di Jawa, melakukan ritual khusus di Rebo Wekasan untuk menolak bala' atau musibah yang dipercaya turun di hari itu.

Pada masa Arab Jahiliyah, bulan Safar juga disebut bulan sial.

Lantas, kapan Rebo Wekasan diperingati? Ada dua versi mengenai tanggal Rebo Wekasan 2024.

Pertama, jatuh pada tanggal 23 Safar 1446 H atau 28 Agustus 2024. Sedangkan versi kedua, Rebo Wekasan jatuh pada 30 Safar bertepatan 4 September 2024.

Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Jepara, Dr. Hudi Msi menjelaskan, perbedaan tanggal itu berkaitan dengan apakah umur bulan Safar 1446 ini hanya 29 hari ataukah digenapkan (istikmal) 30 hari.

Dalam beberapa metode hisab tahkiki bi tahkik maupun hisab kontemporer, bacaan doa Rebo Wekasan beserta artinya, lengkap Latin dan Arab untuk tolak bala menunjukkan bahwa data astronomi Bulan pada akhir bulan Safar 1446 adalah ijtimak (konjungsi Matahari dan Bulan) yang terjadi pada hari Selasa Pon tanggal 3 September 2024 pukul 1:57 GMT atau 8:57 WIB.

Saat Matahari terbenam dari seluruh wilayah Indonesia, ketinggian hilal adalah 2,3 derajat hingga 3,6 derajat dengan sudut elongasi 3,6 derajat hingga 4,8 derajat.

Posisi bulan sabit (hilal) akhir bulan Safar pada Selasa sore ini masih dalam posisi istihaturukyat (hilal muhal dilihat), karena belum memenuhi syarat kriteria imkan rukyat Neo MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) dan imkan rukyat Nahdlatul Ulama (IRNU), yaitu hilal kemungkinan dapat dilihat minimal dengan ketinggian 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat. Posisi hilal istihaturukyat ini dapat digunakan untuk meniadakan hasil rukyat (nafy al-ru’yah) walaupun ada kesaksian hilal terlihat. Artinya, umur bulan tidak ditetapkan 29 hari melainkan tetap diistikmalkan atau digenapkan 30 hari.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa posisi hilal pada Selasa sore tanggal 29 Safar 1446 (3 September 2024) belum mencapai imkanurrukyat atau masih pada posisi istihaturrukyah (muhal dilihat).

Jika ada seseorang yang bersaksi melihatnya, maka kesaksiannya akan tertolak, sehingga umur bulan Safar diistikmal atau digenapkan menjadi 30 hari, yaitu pada hari Rabu Wage, 4 September 2024 yang merupakan Rebo Pungkasan pada bulan Safar tahun ini.

Dengan demikian, awal Bulan Rabi’ul Awal 1446 jatuh pada hari Kamis Kliwon, 5 September 2024.

Makna Rebo Wekasan menurut Jurnal Theologia IAIN Kudus, masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta, memandang Rebo Wekasan sebagai hari yang dikeramatkan karena dianggap hari tersebut penuh kesialan.

Sebagai salah satu tradisi lokal, ada perbedaan penyebutan tradisi Rebo Wekasan ini.

Sebagian menyebutnya sebagai Rebo Pungkasan dan ada pula yang menyebut Rebo Kasan. Akan tetapi, penyebutan yang berbeda-beda ini tetap menunjuk pada maksud yang sama, yaitu Rabu terakhir dalam bulan Safar dalam penanggalan Hijriyah.

Sejatinya bulan Safar tidaklah berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Hanya saja Rasulullah pernah menyinggung tentang bulan Safar ini dalam hadisnya: "Tidak ada penyakit menular, tidak ada mitos, tidak ada prasangka buruk, tidak ada (keramat) bulan Safar."

Namun demikian, menurut KH. Abdul Hamid Kudus, bulan Safar memiliki kekhasan tersendiri sebagaimana yang ia tulis dalam kitabnya "Kanz al-Najāḥ wa al-Surūr". Kitab ini sering menjadi rujukan bagi sebagian masyarakat Jawa untuk menyelenggarakan ritual Rebo Wekasan.

Rebo Wekasan merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat karena faktor akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara intensif. Menurut Ahmad Nurozi, Islam di wilayah Jawa memiliki karakter tersendiri karena banyak prosesi ritual keagamaan yang merupakan perpaduan dari nilai-nilai Islam dengan animisme dan dinamisme. Meskipun banyak kalangan yang menganggap ritual Rebo Wekasan hanya sebagai mitos, tidak sedikit pula yang masih terus melestarikannya hingga sekarang.

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

Artinya: "Tidak ada wabah (yang menyebar secara sendirinya), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa."

Menurut Ibnu Utsaimin rahimahullah, kata Safar dalam hadis tersebut memiliki makna yang bervariasi. Namun yang paling kuat menurut umat Jahiliah adalah sebagai bulan kesialan, sehingga sebagian orang jika selesai melakukan pekerjaan tertentu pada hari ke-25 dari bulan Safar merasa lega, dan berkata, "Selesai sudah hari kedua puluh lima dari bulan Safar dengan baik."

Ketahuilah, Safar merupakan bulan yang cukup bersejarah. Bulan di mana Allah SWT menurunkan 300.000 musibah yang terjadi pada satu tahun. Al-Syaikh Imam al-Dairabi berkata:

"Sebagian ulama Arifin dari Ahli Kasyf menuturkan bahwa pada setiap tahunnya diturunkan 300.000 bala’ (cobaan). Yaitu terjadi pada hari Rabu terakhir dari bulan Safar."

Pada waktu itu merupakan hari terberat dari sekian banyak di hari selama satu tahun. Keterangan tersebut sesungguhnya mengingatkan kepada kita agar semakin mendekatkan diri, ber-taqarrub kepada Allah SWT.

Bermuhasabah sesungguhnya tidak memiliki waktu tertentu. Tidak harus dilakukan pada bulan Safar atau Rabu terakhir di dalamnya.

Sesungguhnya tidak ada istilah "hari sial" dalam pandangan syari’at. Semua hari adalah sama.

Muslim juga tidak boleh berprasangka buruk (tasya’um) pada hari tertentu. Kaum Jahiliyyah dahulu memiliki mitos bahwa bulan Safar adalah hari buruk dan sial.

Firman Allah SWT:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا

Artinya: "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid: 22)

Rasulullah SAW juga telah meluruskan mitos tersebut. Nabi SAW bersabda: "Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya sial dari bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati, rohnya menjadi burung yang terbang." (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dari keterangan hadits tersebut mengingatkan agar jangan sampai meyakini bahwa Rabu Wekasan adalah hari buruk.

Muslim dianjurkan bermuhasabah dengan datangnya 300.000 cobaan sebagaimana keterangan dari sebagian Ahli Kasyf di atas. Namun, tetap harus berprasangka baik kepada Allah SWT akan hari tersebut. Tidak meyakininya sebagai hari buruk.

Karena itu, Muslim dilarang meyakini adanya musibah yang terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Muslim harus yakin bahwa semua yang terjadi pada Rabu Wekasan, apakah itu baik atau buruk, merupakan takdir dan kehendak Allah, seperti tertera dalam rukun iman yang kelima, yaitu meyakini qadha" dan qadar baik dan buruk berasal dari Allah.

Sebagian ulama menganjurkan untuk melakukan 'amaliyyah dan do’a khusus di hari “Rabu Wekasan”. Di antaranya shalat sunah mutlak sebanyak 6 raka’at. Raka’at pertama membaca al-Fatihah dan Ayat Kursi, rakaat kedua dan selanjutnya membaca surat al-Fatihah dan surat al-Ikhlash. Kemudian membaca shalawat kepada baginda Rasulullah SAW dalam bentuk shighat apa pun.

Berikut bacaan doa di Rebo Wekasan:

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

Latin:

"Allahummadfa’ ‘annal ghalaa’a wal wabaa’a wal fahsyaa’a wal munkara was suyuufal mukhtalifata wasy syadaa’ida wal mihana maadhahara minhaa wa maabaathana. Mim balaadinaa indonesia khaasshataw wa saairil buldaanil muslimiina ‘aammatan yaa rabbal 'alamiin. Rabbana aatina fiddunyaa khasanah wafil aakhirati khasanah waqinaa 'adzabannaar."

Artinya:

"Ya Allah, hindarkanlah dari kami kekurangan pangan, cobaan hidup, penyakit-penyakit, wabah, perbuatan-perbuatan keji dan munkar, ancaman-ancaman yang beraneka ragam, paceklik-paceklik dan segala ujian, yang lahir maupun batin dari negeri kami Indonesia ini pada khususnya dan dari seluruh negeri kaum muslimin pada umumnya, Yaa Allah Tuhan Sekalian alam. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Dengan memanjatkan doa-doa ini, diharapkan kita dapat terhindar dari segala bala' dan musibah. Namun, terlepas dari segala ritual dan doa, yang terpenting adalah keyakinan kepada Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya setiap waktu.***

Editor : Tomi Indra Priyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut