get app
inews
Aa Read Next : Warga Kecamatan Kandanghaur Sambut Meriah MTQ Tahun 2024

Sering Dianggap Kuno, Ibam Tekuni Seni Cukil di Tengah Popularitas Industri Cetak Modern

Kamis, 29 Agustus 2024 | 13:20 WIB
header img
hasil seni cukil yang digarap oleh Ibam (IG: hawhewkiwkiw)

INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Dalam dunia seni, teknik cukil menjadi salah satu medium yang menuntut kesabaran dan ketelitian. Seni cukil yang sering kali dianggap kuno ini justru menjadi lahan eksplorasi bagi Ibam, seorang seniman muda asal desa Kertawinangun, Indramayu. Ia konsisten menggali makna mendalam dalam setiap karya cukilnya di tengah popularitas industri cetak menggunakan mesin yang lebih modern.

Dalam wawancara dengan iNews Indramayu yang dilakukan di Kedai Kopilink desa Eretan Wetan, Ibam menceritakan bagaimana perjalanan dan proses kreatifnya terhadap seni cukil.

Berbeda dengan proses menghasilkan karya yang menggunakan mesin cetak modern, bagi Ibam seni cukil bukan sekadar medium visual, tetapi sebuah proses spiritual yang membutuhkan kesabaran panjang.

“Manusia pada dasarnya menginginkan segala sesuatu yang cepat dan instan, tetapi cukil menuntut kita untuk bersabar,” ungkapnya.

Seni cukil yang dikerjakannya melibatkan pengukiran manual pada media seperti papan MDF atau karet lino, kemudian dicetak pada kertas atau bahan lain. Setiap goresan membutuhkan ketelitian tinggi, menjadikan proses ini menantang dan sering kali membuat orang cepat bosan.

Kesabaran ini, kata Ibam, menjadi alasan mengapa seni cukil kurang populer di kalangan umum. Namun, baginya, justru di sanalah letak keindahan cukil. Ia merasa bahwa proses yang panjang dan penuh tantangan ini menghadirkan rasa puas yang mendalam ketika karya akhirnya selesai.

Ibam memulai perjalanan seni cukilnya secara tidak sengaja saat mengunjungi komunitas seni Taring Babi di Jakarta.

"Rumah mereka (Taring Babi) penuh dengan karya-karya cukil, dan di situlah saya pertama kali tertarik," kenangnya.

Namun, ketertarikan itu baru berkembang serius saat ia melanjutkan pendidikan di jurusan Desain Komunikasi Visual di BSI Bandung. Di sana, ia mempelajari sejarah seni grafis secara lebih mendalam, termasuk teknik-teknik dasar seni cukil yang kemudian menjadi fokus utamanya.

Salah satu tantangan terbesar dalam seni cukil, menurut Ibam, adalah kemampuan untuk memisahkan gelap dan terang dalam sebuah gambar. Dalam cukil, seniman harus memilih area mana yang akan tetap hitam dan mana yang akan dicukil untuk menjadi putih.

“Shading sangat penting untuk membentuk gambar tanpa garis,” jelasnya.

Ini merupakan teknik yang membutuhkan intuisi visual yang tajam dan pemahaman mendalam tentang kontras, yang tidak mudah dikuasai oleh seniman pemula.

Namun, tantangan ini juga menjadi bagian yang paling ia nikmati. Saat mencukil, Ibam sering merasa seolah-olah ia berada dalam "ruang kosmik", terhubung dengan alam semesta melalui setiap goresan dan cetakan yang ia buat.

“Proses ini membawa saya ke ruang kosmik, dan saya tidak bisa berhenti sampai karya tersebut selesai. Terutama saat malam hari,” kata Ibam dengan antusiasme yang nyata.

Meski awalnya lebih produktif bekerja di malam hari, Ibam kini berusaha untuk menjaga konsistensi dan kedisiplinan dengan mulai berkarya di siang hari.

“Awalnya sulit, karena siang hari penuh gangguan, tapi akhir-akhir ini saya mulai terbiasa,” ujarnya.

Ibam mengungkapkan bahwa di daerah asalnya, Indramayu secara umum, seni cukil belum banyak dikenal. Meskipun demikian, ia percaya bahwa masih ada pelaku seni cukil di wilayah tersebut, meski jarang terdengar atau terlihat.

“Kayaknya ada, tapi saya belum bertemu. Perlu ada usaha lebih untuk menemukan mereka,” katanya.

Ibam merasa bahwa perlu ada upaya lebih dari komunitas seni untuk mengangkat dan mempopulerkan seni cukil di daerah-daerah, khususnya di Indramayu.

Tantangan lain yang dihadapi Ibam adalah rendahnya apresiasi terhadap seni cukil. Ia mengeluhkan bahwa harga yang ditawarkan untuk karya master cukil sering kali sangat rendah, tidak sebanding dengan proses dan usaha yang diperlukan untuk menciptakannya.

“Karya seni tidak hanya dinilai dari bahan atau hasil akhirnya, tapi juga dari perjalanan panjang seniman untuk sampai ke titik itu,” tegas Ibam.

Ia berharap masyarakat, terutama kolektor dan pecinta seni, bisa lebih menghargai karya seni cukil dengan mempertimbangkan proses kreatif yang terlibat. Menurutnya, apresiasi yang lebih baik akan membantu seniman cukil seperti dirinya untuk terus berkarya dan mengembangkan seni ini.

Di akhir wawancara, Ibam memberikan pesan kepada generasi muda untuk terus berkarya dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru dalam seni.

“Yang penting adalah membuat sesuatu, apapun itu, dan tetap semangat,” ujarnya.

Baginya, berkarya adalah cara terbaik untuk mengungkapkan diri dan berkontribusi pada dunia seni yang lebih luas. Seni cukil, bagi Ibam, bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang menjaga tradisi dan melatih kesabaran serta ketekunan dalam setiap goresan.

Editor : Tomi Indra Priyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut