INDRAMAYU,iNEWS.ID - Sebagian masyarakat Indonesia mengonsumsi
undur-undur karena dipercaya memiliki
manfaat untuk kesehatan.
Hewan kecil ini kerap dijadikan alternatif obat, terutama untuk penderita diabetes melitus.
Biasanya, undur-undur dikonsumsi dalam keadaan hidup, dikeringkan, atau diolah menjadi serbuk dan kapsul.
Dalam sebuah artikel ilmiah dari Repository Universitas Jember berjudul Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) Sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus, dijelaskan bahwa undur-undur mengandung senyawa sulfonylurea.
Kandungan ini berfungsi untuk merangsang kerja pankreas dalam menghasilkan insulin, yang pada gilirannya membantu menurunkan kadar gula darah.
Secara fisik, larva undur-undur memiliki tubuh oval, pipih, dan berwarna tanah dengan bintik-bintik kecil.
Tubuhnya lunak dan terdiri dari segmen-segmen, serta memiliki enam kaki.
Bagian kepala dilengkapi dengan sepasang capit besar yang digunakan untuk menangkap mangsanya, seperti semut dan
serangga kecil lainnya.
Undur-undur bukanlah serangga dewasa, melainkan fase larva dari serangga ordo Neuroptera, famili Myrmeleontidae.
Setelah melalui tahap pupa, larva ini akan berubah menjadi serangga dewasa bersayap jala yang disebut antlion.
Antlion dewasa hanya hidup sekitar satu bulan. Berbeda dengan larvanya yang dikenal sebagai predator ganas, bentuk dewasa dari undur-undur hanya mengonsumsi nektar atau serbuk sari.
Mereka bertelur di tanah berpasir, dan dari telur-telur itulah akan menetas larva kecil yang kemudian menggali lubang sebagai perangkap mangsa.
Dalam praktik tradisional, konsumsi undur-undur untuk pengobatan diabetes bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya, dengan menelan langsung tiga ekor undur-undur dua kali sehari.
Jika kadar gula darah sudah menurun, dosis bisa dikurangi menjadi tiga ekor sehari.
Ada pula yang mengombinasikannya dengan bawang putih tunggal sebanyak dua siung tiga kali sehari.
Tak hanya untuk diabetes, jurnal Ethnozoologi Masyarakat Suku Jerieng dalam Memanfaatkan Hewan Sebagai Obat Tradisional yang Halal menyebutkan bahwa undur-undur juga digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit kuning dan maag.
Meski begitu, perlu pertimbangan lebih lanjut mengenai status kehalalannya.
Meskipun berbagai klaim telah menyebutkan manfaat undur-undur untuk kesehatan, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang benar-benar mengukuhkan efektivitasnya secara medis.
Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan jika ingin mencoba pengobatan alternatif ini.***
Editor : Tomi Indra Priyanto