Ritual Unik di Indramayu, Anak Lahir Kalungan Usus Dibawa ke Lapas
INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Masyarakat Indramayu, Jawa Barat, hingga kini masih melestarikan tradisi unik bagi anak yang lahir dengan kondisi kalungan usus atau lilitan tali pusar di leher. Ritual adat ini kembali terlihat di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Indramayu, Selasa, 9 September 2025.
Dalam kepercayaan masyarakat setempat, anak dengan kondisi tersebut diyakini rentan terkena sial, difitnah, atau bahkan tumbuh menjadi pribadi nakal hingga berurusan dengan hukum. Untuk menangkal hal buruk itu, keluarga biasanya membawa anak ke kantor penegakan hukum yang memiliki jeruji tahanan.
Di Indramayu, prosesi ini banyak dilakukan di Lapas Kelas IIB Indramayu, yang dipercaya lebih afdol dibandingkan kantor polisi.
“Bisa juga di Polsek atau Polres, tapi kurang paten. Kalau di Lapas kan sudah jelas, tempat orang yang benar-benar menjalani hukuman,” ujar Ridwan (52), warga yang tengah mengantarkan keponakannya menjalani ritual adat tersebut.
Ridwan menjelaskan, tradisi ini dilakukan sejak anak masih kecil agar terbebas dari fitnah dan kesialan. “Kalau sudah besar takutnya telanjur sering dituduh atau terjerumus ke hal negatif hingga masuk penjara beneran,” tambahnya.
Tradisi kalungan usus di Lapas Indramayu biasanya meliputi sejumlah tahapan, antara lain:
Doa bersama yang dipimpin ustadz khusus dari pihak Lapas.
Bertukar makanan dengan warga binaan; makanan dari keluarga dimakan narapidana, lalu anak disuapi makanan dari narapidana sebagai bentuk sedekah.
Anak dimandikan dengan air di lingkungan Lapas.
Pakaian yang dipakai anak saat prosesi dibuang ke sungai atau laut.
Keluarga yang hadir biasanya membawa tumpeng lengkap dengan lauk-pauk dan buah sebagai bentuk syukuran. Seperti keluarga Ardian dan Tri Andini asal Desa Bogor, Kecamatan Sukra, yang membawa anak mereka berusia 4 tahun.
“Anak saya lahir dengan kondisi kalungan usus. Orang tua menyarankan dipunah dengan syukuran di Lapas. Takutnya kalau tidak, nanti saat besar jadi bengal,” tutur Tri Andini.
Badrudin, ustadz yang rutin memimpin doa dalam prosesi tersebut, menyebut tradisi ini sebagai bentuk sedekah sekaligus ikhtiar orang tua.
“Bayi lahir dengan kalungan usus itu katanya sejak lahir sudah membawa masalah. Dengan tradisi ini, harapannya anak tidak lagi kena fitnah dunia,” ujarnya.
Menurutnya, banyak keluarga dari dalam maupun luar Indramayu datang untuk melaksanakan ritual ini, biasanya pada akhir pekan agar tidak mengganggu jadwal kunjungan keluarga narapidana. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto