Indramayu Kekurangan Armada, DLH: Hanya 56 Truk Layani 317 Wilayah
INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id – Permasalahan sampah di Kabupaten Indramayu kembali mengemuka. Di tengah luasnya wilayah dengan 309 desa dan 8 kelurahan yang tersebar di 31 kecamatan, jumlah armada pengangkut sampah yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ternyata masih jauh dari memadai.
Data DLH mencatat hanya 56 unit truk pengangkut sampah yang saat ini aktif beroperasi. Seluruh armada tersebut dibagi ke enam UPTD Kebersihan, yakni Indramayu, Karangampel, Jatibarang, Losarang, Kandanghaur, dan Hargeulis.
Kepala Bidang Persampahan DLH Kabupaten Indramayu, Endi Wahyadi, membenarkan minimnya ketersediaan armada tersebut.
“Armada truck ada 56 unit,” ujarnya, Senin, 24 November 2025.
Endi tidak menampik bahwa angka itu jauh dari ideal untuk ukuran wilayah sebesar Indramayu.
“Tapi sayangnya masih kurang, jumlah desa kan 309 desa dan 8 kelurahan,” tambahnya.
Rasio Tidak Seimbang, Layanan Tersendat di Lapangan
Dengan hanya 56 truk untuk 317 wilayah administratif, satu armada secara kasar harus menangani hampir enam desa atau kelurahan. Rasio yang timpang ini membuat layanan pengangkutan sampah rawan tersendat, terutama di wilayah padat atau berjarak jauh dari UPTD.
Keluhan warga pun sudah sering muncul: kontainer tidak terangkut berhari-hari, sampah meluber ke jalan, hingga TPS rusak dan terbakar seperti yang sempat terjadi di Lelea dan beberapa titik lainnya. Minimnya armada disebut menjadi salah satu faktor utama yang membuat masalah menumpuk di tingkat bawah.
DLH Ajukan Bantuan, Berharap Truk Baru Datang Tahun 2026
Di tengah keterbatasan tersebut, DLH Indramayu memastikan sedang melakukan berbagai upaya. Endi menyebut pihaknya telah mengajukan permohonan penambahan armada ke pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
“Kita lagi berusaha minta bantuan dari pemerintah provinsi dan pusat, mudah-mudahan tahun 2026 ada bantuan,” tandasnya.
Jika pengajuan tersebut disetujui, tambahan armada diharapkan dapat memperbaiki rantai pengangkutan sampah yang selama ini tertatih-tatih karena keterbatasan alat operasional. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto