GARUT, iNewsIndramayu.id – Sektor pariwisata di Indonesia terus menunjukan pemulihan paska pandemi Covid-19.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kunjungan wisatawan mancanegara selama tahun 2022 berjumlah sebanyak 5,47 juta atau naik sekira 251,28 persen dibandingkan dengan 2021 sebelumnya.
Sektor Pariwisata Kembali Meningkat Tajam
Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah, mengatakan peningkatan serupa terjadi pada kunjungan wisatawan nusantara atau domestik di dalam negeri. Ia menyebut jumlah wisatawan domestik selama 2022 itu mencapai 734,86 juta.
"Tanda-tanda pemulihan ini juga terlihat dari tingkat hunian rata-rata hotel di destinasi pariwisata di Indonesia, termasuk destinasi wisata yang ada di Kabupaten Garut,">Taman Kuliner Cibatu, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Senin (15/5/2023).
Covid-19, lanjutnya, telah memberikan banyak pelajaran bahwa pembangunan kepariwisataan harus dilaksanakan dalam kerangka sustainable development goals (SDG’s), yakni mengedepankan pada pembangunan People (SDM), Planet dan Prosperity.
"Maknanya adalah pembangunan kepariwisataan harus menjadi media untuk mengurangi segala bentuk keterbelakangan, dan memastikan bahwa setiap individu manusia dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan martabat kemanusiannya," ujarnya.
Lima Pilar Kepariwisataan
Beragam usaha, kata dia, telah dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan pariwisata baik pemerintah, DPR, industri, media, dan Masyarakat untuk menggerakkan kembali dunia pariwisata.
Politisi Partai Golkar itu pun menekankan lima pilar dalam pembangunan kepariwisataan.
"Lima pilar itu pembangunan kepariwisataan yang berkualitas, berdaya saing, berkelanjutan, berdaya tahan, dan menyejahterakan.
Esensi dari kelima pilar tersebut adalah bahwa setiap kegiatan pembangunan kepariwisataan harus dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang tersedia dengan manfaat jangka panjang," urainya.
Penerapan Lima Pilar Pariwisata Adalah Konsep Pembangunan Ideal
Dia menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan yang menitikberatkan pada kelima pendekatan tersebut merupakan konsep ideal bagi pariwisata.
Sebab pendekatan tersebut mampu menyeimbangkan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.
"Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya pariwisata dapat dilakukan secara lestari dan bertanggung jawab tanpa merusak atau mengurangi nilai sumber daya yang dimiliki.
Hal ini dimaksudkan agar upaya komersialisasi (ekonomi) selaras dengan upaya konservasi sumber daya dan tetap dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang," katanya.
BISA FEST
Acara BISA FEST yang dihelat di Taman Kuliner Cibatu ini digelar dalam rangka mempercepat upaya pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kata BISA pada judul kegiatan merupakan singkatan dari Bersih, Indah, Sehat dan Aman.
"Melalui kegiatan BISA FEST, diharapkan dapat menjadi kegiatan pemberdayaan para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif untuk kembali produktif dan berinovasi pasca pandemi covid, sekaligus kegiatan kemitraan antar lembaga yang bertujuan untuk sharing informasi dan edukasi, serta mendengarkan aspirasi dari masyarakat dalam rangka pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," ujarnya.
Ferdiansyah menilai BISA FEST sebagai salah satu cara yang efektif untuk mempromosikan suatu destinasi pariwisata, yang akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Kegiatan ini diharapkan juga dapat memotivasi masyarakat untuk membangkitkan dan mengembangkan kreativitas dibidang kesenian dan kebudayaan," tambahnya.
Sejumlah pertunjukan kesenian dan budaya turut ditampilkan pada kegiatan BISA FEST tersebut.
Beberapa pertunjukan yang disuguhkan diantaranya adalah penampilan kesenian pencak silat, pop Sunda, kesenian calung, penampilan debus dan reog.
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait