iNewsIndramayu.id
Terhitung musim tanam (MT) 2022/2023 jenis pupuk yang disubsidi oleh pemerintah hanya ada dua jenis dari semula enam jenis yakni Urea dan NPK. Pemangkasan itu selain karena harga pupuk yang paling terdampak kenaikannya juga dua jenis itu paling dibutuhkan petani. Sementara untuk jenis lainnya pupuk organik bisa dibuat sendiri oleh petani seperti pupuk kandang.
SPV PSO wilayah Barat PT. Pupuk Indonesia (Persero), Agus Susanto mengatakan dua jenis pupuk bersubsidi itu diperuntukkan untuk sembilan komoditas pangan pokok dan strategis, seperti padi, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi rakyat dan kakau. Diluar komoditas itu tidak dikenakan subsidi, misalnya perkebunan kelapa sawit.
“Sebelumnya kita mensubsidi enam jenis pupuk dengan menyasar 70 komoditas pertanian. Sekarang hanya dua jenis pupuk yang disubsidi yakni urea dan NPK. Pupuk bersubsidi itu untuk mengakomodir sembilan komoditas seperti padi, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi rakyat dan kakau. Hal tersebut selain berdasarkan Permentan Nomor: 10/2022 juga saran dari Panitia Kerja (Panja) Komisi IV DPR RI dan luasan arealnya tidak lebih dari dua hectare,” kata dia saat meninjau Gudang Lini III Jatibarang, Jumat (19/8/2022).
Pendistribusian pupuk bersubsidi sambungnya, berdasarkan rencana defitif kebutuhan kelompok tani (RDKK). RDKK adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompok tani berdasarkan luas areal usahanya.
Agus Susanto menyebutkan stok pupuk urea di Gudang Lini III Jatibarang saat ini sekira 1.900 ton. Alokasi urea di Indramayu per tahun sekitar 70 ribu ton. Stok minimal per bulan sekira 3.000 ton. Sementara di Indramayu ada empat gudang termasuk gudang Jatibarang dengan total stok sekira 4.000 an ton. Jumlah stok tersebut kata dia berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/2/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian, aman.
“Serapan di Kabupaten Indramayu dari 70 ribu ton itu hingga 18 Agustus 2022 sudah terserap sekira 65 persen. NPK dari alokasi 36.000 ton penyerapan sudah 85 persen,” sebutnya.
Lantas sejauh mana sistem pengawasan pendistribusiannya kata Agus Susanto, dalam pengawasan sistem pendistribusian pupuk bersubsidi ini sudah mulai tertutup dari mulai lini I, lini II, lini III dan lini IV (kios).
“Pengawasan kami sampai ke kios. Artinya dari mulai gudang lini III (distributor) mengirimkan sampai ke kios. Itu yang mendapat pengawasan kami. Sementara untuk sindikat kita punya Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3), kita serahkan ke pihak berwajib,” tegasnya.
Kemudian kenapa pihaknya masih memiliki stok pupuk urea meski saat ini sedang panen raya padi MT gadu. Menurutnya, stok yang ada saat ini untuk persiapan saat puncak musim tanam di Oktomar atau Oktober 2022 – Maret 2023.
“Sekarang lagi panen raya MT gadu. Biasanya sekitar September – Oktober itu sudah mulai ada aktifitas penanaman padi. Curah hujan juga sepertinya sudah mulai jadi penanaman bisa maju di September,” tutup Agus. (safaro)
Editor : Tomi Indra Priyanto