INDRAMAYU,iNewsindramayu.id - Sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terjadi perubahan status limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dari kategori B3 menjadi Non B3.
Perubahan ini memberikan implikasi besar terhadap PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan (PLN NP UP) Indramayu yang mengelola PLTU Indramayu 3 x 330 MW merespon perubahan status FABA menjadi limbah Non B3 dengan menerapkan berbagai kebijakan.
Salah satu terobosannya adalah mengolah FABA menjadi produk turunan beton, Kamis (26/9/2024).
PLN NP UP Indramayu menjadi perusahaan pertama di Indramayu yang mengubah FABA menjadi produk turunan FABA yakni paving block, batako, hingga tetrapod.
Pernyataan ini diamini Kepala UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas PUPR Kabupaten Indramayu, Rahmadi, menurutnya produk ini merupakan hal baru dan berpotensi untuk berkembang di masa datang.
“FABA ini nantinya bisa menggantikan abu batu yang selama ini jadi bahan utama dalam membuat produk turunan beton. Berdasarkan hasil uji coba di laboratorium kami, kualitas beton yang menggunakan FABA tidak beda jauh. Temuan ini akan sangat bermanfaat di kemudian hari,” kata Rahmadi kepada media.
Rahmadi mengaku senang dengan temuan ini dan tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut. Dan kedepannya produk ini dapat terus dikembangkan dan Indramayu tidak perlu jauh-jauh dalam mencari bahan baku untuk proyek konstruksi.
Senior Manager PLN NP UP Indramayu, Munif, mengatakan, penggunaan FABA untuk produk turunan beton atau pun bahan konstruksi ini akan terus dikembangkan oleh perusahaan.
Salah satunya dengan menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat sekitar. Harapannya masyarakat sekitar PLTU Indramayu tidak hanya mendapatkan manfaat lingkungan tetapi juga ekonomi.
“Kami bersama dengan Koperasi Plentong Maju Sejahtera sedang mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi terkait pemanfaatan FABA ini. Produk ini harus bermanfaat bagi semua orang, khususnya masyarakat Indramayu.” ujar Munif.
Selain membuat produk turunan beton, lanjut Munif, FABA juga dimanfaatkan untuk urugan hingga campuran bahan konstruksi. Kawasan Wisata Pantai Plentong dan Rumah Inkubasi Sukra adalah contoh bangunan yang memanfaatkan FABA dalam proses pendiriannya.
Selain itu, tetrapod yang berbahan FABA juga turut serta dalam mengurangi laju abrasi di kawasan Pantai Plentong.
Hingga Agustus 2024, PLN NP UP Indramayu telah memproduksi lebih dari 200.000 paving block dan batako yang penggunaannya untuk fasilitas umum, rumah tidak layak huni, hingga jalan-jalan desa.
Selain itu perusahaan bersama Koperasi Plentong Maju Sejahtera juga memproduksi ratusan tetrapod yang digunakan sebagai break water untuk penanganan abrasi.
PLN NP UP Indramayu terus mengembangkan FABA agar lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Kerja sama multi stakeholder akan mempercepat proses ini.
Saat ini perusahaan juga bekerja sama dengan Universitas Wiralodra untuk melakukan penelitian lanjutan terkait potensi FABA untuk bahan konstruksi.
“Mulai dari Pemerintah, Kelompok Masyarakat, hingga akademisi kami libatkan. Kami yakin hasilnya akan sangat luar biasa bagi Indramayu,” pungkas Munif.***
Editor : Tomi Indra Priyanto