Curhatan Pilu Pekerja Migran Asal Indramayu: Cuma Tanda Tangan, Uang Enggak Pernah Ada
INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - L (27), pekerja migran asal Desa Loyang, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, pulang ke Tanah Air dalam kondisi depresi setelah sembilan tahun bekerja di Singapura. Selama bertahun-tahun, ia mengaku hanya diminta menandatangani bukti gaji tanpa pernah menerima upah.
Saat ditemui di rumahnya, pada Rabu, 20 Agustus 2025, L bercerita dengan suara lirih. Ia masih tidak percaya dengan nasib yang dialaminya selama hampir satu dekade bekerja sebagai pekerja rumah tangga di negeri jiran.
“Aku sendiri juga kagak tahu. Cuma tahu bangun sudah di rumah sakit, kagak tahu gimana bisa masuk ke situ,” ucapnya.
L menjelaskan, kesehariannya hanya menjaga dan membersihkan rumah majikan. Namun, setiap bulan ia hanya diminta tanda tangan kwitansi gaji tanpa pernah menerima uang tunai.
“Cuma tanda tangan. Enggak ada uangnya. Ya, katanya gaji sudah masuk, tapi aku enggak pernah terima. Untuk makan pun aku harus pakai uang sendiri, enggak dikasih majikan,” ujarnya.
Puncak persoalan terjadi pada Maret 2025, ketika keluarga meminta hak gajinya. Sang majikan hanya memberikan 1.000 dolar Singapura atau sekitar Rp12 juta untuk sembilan tahun kerja. Padahal, menurut L, gajinya seharusnya sebesar 650 dolar Singapura per bulan.
Meski begitu, L menegaskan dirinya tidak pernah mendapat perlakuan kasar dari majikan.
“Enggak ada. Kerja ya biasa saja. Yang bohong itu pas tanda tangan gaji,” katanya.
Tragedi lain dialaminya pada Juli 2025. Ia tiba-tiba pingsan dan sadar sudah berada di rumah sakit jiwa di Singapura.
“Taunya kayak orang pingsan. Bangun-bangun sudah di rumah sakit. Cuma tidur,” kenangnya.
Ironisnya, seluruh biaya rumah sakit dan tiket kepulangan ke Indonesia justru ditanggung pihak rumah sakit, bukan majikan.
“Iya, semua dari rumah sakit. Majikan enggak ada. Cuma kasih nomor telepon keluarga di Indramayu,” jelasnya.
Kini, setelah kembali ke kampung halaman, L hanya berharap hak gajinya bisa dikembalikan sesuai kontrak kerja.
“Iya, dikembalikan. Kalau totalnya berapa aku juga enggak tahu,” pungkasnya. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto