Flipbook Digital Karya Doktor Muda Indramayu: Ubah Cara Belajar Sejarah Jadi Menyenangkan
INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Belajar sejarah kini tidak lagi membosankan. Berkat sentuhan teknologi digital interaktif, sejarah justru bisa menjadi pelajaran yang menyenangkan sekaligus menumbuhkan kesadaran lingkungan.
Hal inilah yang digagas Dimas Rachmat Susilo (30), putra daerah Indramayu yang baru saja meraih gelar Doktor Pendidikan Sejarah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ia mengangkat tema inovatif: flipbook sejarah berbasis digital untuk menumbuhkan kecerdasan ekologis siswa.
Berangkat dari pengamatannya, Dimas menemukan bahwa banyak siswa SMK Pertanian di Jawa Barat cukup akrab dengan teknologi, namun kepedulian mereka terhadap isu lingkungan masih rendah. Dari situlah lahir idenya untuk menggabungkan pembelajaran sejarah dengan nilai-nilai pelestarian lingkungan dalam format flipbook digital yang menarik.
Sidang promosi doktor Dimas digelar di UPI pada pukul 08.00–09.30 WIB. Sidang dipimpin oleh Wakil Dekan Dr. Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum, dengan menghadirkan penguji yang kompeten di bidangnya, yaitu:
Hasil penelitian Dimas menunjukkan dampak positif. Para siswa lebih antusias belajar sejarah, memahami keterkaitannya dengan kondisi lingkungan, sekaligus tumbuh rasa peduli terhadap bumi.
“Kalau belajar sejarah sambil peduli lingkungan, kita dapat dua manfaat sekaligus: pengetahuan dan kesadaran,” ujar Dimas usai sidang.
Suasana sidang berlangsung hangat dengan dukungan keluarga, dosen pembimbing, dan para penguji. Setelah resmi menyandang gelar doktor, Dimas berharap inovasi flipbook digital ini dapat diterapkan secara lebih luas di sekolah-sekolah.
“Saya ingin sejarah jadi mata pelajaran yang relevan dan menginspirasi aksi nyata,” tambahnya.
Atas pencapaian tersebut, Bupati Indramayu Lucky Hakim turut memberikan ucapan selamat.
“Selamat atas gelar doktor yang diraih. Semoga ilmu dan gelarnya membawa berkah, khususnya bagi dunia pendidikan di Indramayu,” ujarnya.
Siapa bilang sejarah hanya berbicara tentang masa lalu? Di tangan Dimas Rachmat Susilo, sejarah justru menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto