INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Kisah Mimi Rasinah maestro Tari Topeng yang berasal dari Kabupaten Indramayu, ternyata sempat memutuskan vakum selama puluhan tahun.
Hal tersebut karena kebutuhan ekonomi, sehingga Mimi Rasinah memutuskan untuk beralih profesi. Namun ada titik terang yang dimana membuat dirinya kembali.
Kisah kembalinya Mimi Rasinah Sebagai Maestro Tari Topeng
Kisah Mimi Rasinah yang diceritakan oleh Earli merupakan cucu serta pewaris dari Mimi Rasinah dalam pelestarian Tari Topeng. Selama kurang lebih dua puluh tahun Mimi Rasinah memilih berhenti dalam menggeluti seni Tari Topeng. Masyarakat pada saat itu, mulai merasa tidak memiliki ketertarikan terhadap Tari Topeng.
Akhirnya Mimi Rasinah memilih jalan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan beralih profesi mendirikan sebuah Sandiwara Harum Jaya. Tepatnya pada tahun 1994. Ada seorang keluarga di Desa Pekandangan yang pada saat itu menggelar pentas seni tari topeng yaitu dari Sanggar Mulia Bakti.
Kebetulan saat itu Mimi Rasinah sedang berada di lokasi hajatan keluarganya. Karena ia merasa pandai menari tari topeng dan akhirnya dalam hatinya mulai tertarik kembali ingin menari Tari Topeng.
Ketika Mimi Rasinah melakukan tari topeng, disaat itu lah Pak Toto rupanya melihatnya langsung. Saat itu Pak Toto terus merayu sang maestro agar dapat kembali ke habitatnya sebagai penari Tari Topeng
Awalnya sang maestro memang menolak, tapi karena adanya dukungan dari Pak Toto, Mimi Rasinah menerima untuk kembali membangitkan tari topeng yang sudah lama terpendam selama dua puluh tahun.
Pak Toto adalah seorang peneliti yang memberikan perhatian khusus pada seni Tari Topeng Indramayu sejak tahun 1994.
Ketertarikan Pak Toto kepada Tari Topeng menjadi titik awal perkembangan tari topeng Mimi Rasinah. Dengan hadirnya dorongan dan kontribusi beliau, seni tari topeng semakin berkembang pesat.
Perjalanan vakum sejenak yang tidak menghentikan semangat Mimi Rasinah. Lalu pada tahun 1999, tarian topeng karya Mimi Rasinah kembali mencuri perhatian di pentas internasional Jepang.
Keberhasilannya saat ini tidak hanya mengangkat nama Mimi Rasinah, tetapi juga ikut membawa seni tari topeng Indramayu ke kancah Internasional.
Mimi Rasinah yang lahir di Indramayu pada 3 Februari 1930 dan beliau meninggal dunia pada 7 Agustus 2010 diusia yang menginjak ke-80 tahun. Pada tahun 2006, seni tari topeng Mimi Rasinah diwariskan ke cucunya Earli.
Di masa kepemimpinan Bupati Nina Agustina, kata Earli, Pemkab Indramayu di bawah kepemimpinan Bupati Nina Agustina Da’i Bachtiar sangat memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan tari topeng di Indramayu.
"Bupati Nina memberikan mendukung penuh terhadap tari topeng. Ini dibuktikan dengan diadakan Gelaran tari topeng kelana yang melibatkan penari dari siswa SD hingga SMA, ASN di lingkungan Pemkab Indramayu serta masyarakat umum juga ikut serta,” Kata Eerli
Tercatat 7891 penari topeng kelana melakukan tari topeng di sepanjang Jalan Ahmad Yani dan berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) dengan menggelar tari topeng kelana terbanyak dalam merayakan Hari Jadi ke-495 Indramayu. Jumlah tersebut telah melampaui target dari peserta yang sudah ditetapkan oleh panitia, sebelumnya yaitu sebanyak 6001 penari.
Rekor MURI itulah yang dipegang oleh Kabupaten Indramayu dengan berhasil mengungguli rekor tari topeng sebelumnya yang berhasil dipecahkan oleh Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan jumlaj 5000 penari pada tahun 2017.
Bahkan kata Earli, saat Hari Pers Nasional (HPN) 2022 di Kendari, Bupati Nina juga ikut menari topeng di hadapan peserta yang hadir dari mancah negara. “Intinya di masa kepemimpinan Bupati Nina. Tari topeng Indramayu go internasional," tutupnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait