KUNINGAN,iNewsIndramayu.id – Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dihujani kritikan usai tak mampu mengirimkan peserta Mojang Jajaka (Moka) ke tingkat provinsi. Hal ini beralasan karena keterbatasan anggaran dinas, sehingga menuai kritik dari Paguyuban Moka Kuningan.
Hal itu diketahui usai Ketua Paguyuban Moka Kuningan tahun 2012, Ageng Sutrisno mengkonfirmasi pihak dinas. Jika tahun ini tidak mengirimkan peserta Moka ke provinsi, sebab sudah 3 tahun tidak melaksanakan pemilihan Moka tingkat kabupaten sehingga tak ada perwakilan ditambah keterbatasan anggaran.
“Seharusnya Kuningan Maju sesuai visi Kabupaten Kuningan, tapi tidak berlaku bagi Disporapar Kuningan. Setelah bertahun-tahun Kuningan dikenal unggul dalam melahirkan nonoman sunda yang masagi melalui Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat, seperti Nursidik yang menjadi juara satu mengungguli nonoman sunda se Tanah Pasundan, sekarang Kuningan Mundur,” kata Ketua Paguyuban Mojang Jajaka Kuningan Tahun 2012, Ageng Sutrisno.
Menurut Ageng yang pernah menjadi Delegasi Indonesia Debat Bahasa Inggris Sea Asean di Curtin University Malaysia 2014, keputusan Disporapar sangat disayangkan. Bahkan memalukan sekaligus tidak mencerminkan sosok pejabat kreatif seperti nama bidangnya yaitu ekonomi kreatif dan industri pariwisata.
“Saya akan bedah satu-satu bagaimana jawaban ini benar -benar sangat tidak layak, untuk diungkapkan oleh sebuah dinas yang beroperasi atas uang pajak dari rakyat,” tandasnya.
Pertama soal keterbatasan anggaran. Setiap lembaga menurut Ageng, memang dibatasi anggaran agar mampu berpikir kreatif. Bagaimana anggaran tersedia bisa menghasilkan program luar biasa, indikatornya jelas bisa memberikan dampak baik bagi warga, meningkatkan prestasi hingga mengurangi permasalahan.
“Tidak ada satu pun lembaga yang memiliki anggaran tak terbatas,” ujarnya.
Untuk Pasanggiri Moka Jabar 2023 sendiri, lanjutnya, sebetulnya hanya memerlukan biaya sangat rendah. Sejujurnya biaya memberangkatkan perwakilan untuk mengikuti sebuah lomba itu minim sekali, cukup diberikan doa dan dukungan pun sudah sangat bahagia.
“Ingat berbicara dengan para pemuda, janganlah sesekali membahas masalah uang, kami lebih senang untuk diberi tantangan. Berapa sih biaya mengirimkan utusan untuk mengikuti Pasanggiri Moka Jabar? Saya yang pernah merasakan menjadi utusan bisa memastikan bahwa gaji seorang kepala dinas pun jauh lebih besar dari ongkos untuk peserta pasanggiri,” sindirnya.
Biaya minim namun tetap tidak mengirimkan utusan, kata Ageng, itu bukan karena anggaran tapi lebih kepada motivasi rendah dari pemilik kebijakan. “Masyarakat juga bisa menilai,” tukasnya.
Dia melihat, beberapa tahun belakangan Kuningan diterpa masalah pengangguran, kemiskinan ekstrem, stunting dan lain-lain. Sejujurnya diharapkan ada hal yang membanggakan lainnya dari sebuah prestasi Nonoman Kuningan.
“Namun apalah daya tangan tak sampai. Jangankan untuk berprestasi, untuk mengikuti sebuah pasanggiri pun nampak tak berarti. Jadi sudahlah tepat jika Disporapar Kuningan benar-benar mengubah visi Kuningan Maju menjadi Kuningan Mundur, karena kemunduran progres berpikir pemangku kebijakan,” ucap Ageng.
Tak berbeda dilontarkan Mojang Pinilih Kuningan 2017, Dokter Viona Violeta. Alumni kedokteran Universitas Trisakti ini mengungkapkan tanggapan yang begitu kecewa atas keputusan dinas.
“Ya itu sangat memalukan dan sungguh mengecewakan, bukan hanya untuk organisasi tapi dinas harusnya lebih tegas dan supportive terkait hal ini. Sebab kan gak perlu bergantung pada anggaran, banyak sponsor dan jaringan yang bisa dimanfaatkan,” kata Dokter Viona yang pernah menjadi Delegasi Indonesia dalam Conferensi medis internasional di Australia 2017, Rabu (19/7/2023).
“Well, sebenernya I knew this day will come karena dari dulu pun emang agak sulit untuk dapet fully support dari dinas terutama terkait uang. Tapi walaupun begitu, bisa dilihat prestasi kita tetap gak main-main di provinsi bahkan nasional,” imbuhnya.
Sehingga ke depan, Ia menaruh harapan besar, agar dinas terkait dapat lebih mendukung dan peka terhadap event-event kepemudaan khususnya Pasanggiri Mojang Jajaka. Jadi harus banyak belajar dari masalah-masalah negara kita soal support Human Resources, yang akhirnya diambil negara lain.(*)
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait