Eka Nusa Pertiwi Usung Konsep Post-Teater, Dobrak Teater Konvensional di Era Post-Truth

Nursaid
Dokumentasi proses penciptaan post-teater yang dilaksanakan pada Jumat (30/8/2024) mulai pukul 19.30 WIB di Studio Teater ISBI Bandung. (IG: liffts_)

BANDUNG, iNewsIndramayu.id – Menghadapi perubahan budaya, media, dan teknologi yang pesat, Eka Nusa Pertiwi, sutradara pertunjukan teater, memperkenalkan konsep Post-Teater sebagai bentuk seni pertunjukan yang inovatif.

Melalui pertunjukan yang mencerminkan realitas yang semakin terfragmentasi di era post-truth, Eka menggali isu-isu kontemporer seperti dominasi perusahaan global, penyebaran berita palsu di media sosial, serta gerakan solidaritas terhadap konflik Palestina.

Pertunjukan Post-Teater oleh Eka Nusa Pertiwi dilaksanakan pada Jumat (30/8/2024) mulai pukul 19.30 WIB di Studio ISBI Bandung dan tayang di Instagram @post_teater secara bersamaan.

Tidak hanya mengangkat masalah ekonomi global, pertunjukan ini juga fokus pada tantangan regenerasi pengrajin tradisional serta dampak dari industri fast fashion yang seringkali tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan pekerja.

"Era Post-Truth, keyakinan subjektif kerap mengalahkan fakta objektif. 'Post-teater' hadir sebagai eksperimen yang merefleksikan isu-isu tersebut dengan menggali cara baru untuk mengartikulasikan dan menanggapi realitas yang kian terfragmentasi," kata Eka Nusa Pertiwi, 
Sutradara Pertunjukan Post-Teater melalui press release yang bertajuk Hadapi Era Post-Truth, Konsep Post-Teater Jadi Pendobrak Teater Konvensional.

Pementasan Post-Teater menggunakan dua media, yaitu online dan offline. Penonton dapat berpartisipasi melalui Instagram @post_teater menggunakan dramaturgi Post Cyber. Sementara itu, pertunjukan offline menggunakan dramaturgi Site Specific Performance dan Dramaturgi Evocative, yang mengajak penonton untuk terlibat aktif dari awal hingga akhir pertunjukan.

Tidak hanya sebagai seorang sutradara, Eka Nusa Pertiwi juga dikenal sebagai istri dari Kedung Darma Romansha, sastrawan asal Indramayu yang melahirkan dwilogi novel Kelir Slindet dan Telembuk, Dangdut dan Kisah Cinta yang Keparat. Karya-karya Kedung telah termasuk dalam daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 dan dipilih dalam Market Focus London Book Fair 2019. Sebagai seniman, Eka dan Kedung terus mendobrak batasan konvensional melalui karyanya.

Menariknya, Post-Teater menawarkan konsep Kru dan Penonton sebagai Co-Creator serta Performer yang terinspirasi dari konsep Audience as Performer oleh Caroline Heim sehingga semua yang hadir akan terlibat secara aktif mulai dari pra-pertunjukan hingga pasca-pertunjukan.

Editor : Tomi Indra Priyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network