INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Jatimulya tengah bersiap memperluas sasaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) ke kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Namun, pelaksanaannya masih menunggu data valid dari pihak puskesmas serta kesiapan posyandu di wilayah tersebut.
Kepala Dapur SPPG Jatimulya, Chandy Reza, mengatakan pihaknya saat ini terus berkoordinasi dengan puskesmas untuk memastikan ketepatan data penerima manfaat.
“Kami masih melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas karena butuh data valid, terutama yang berkaitan dengan kepesertaan ibu hamil dan ibu menyusui. Distribusi nantinya akan dilakukan melalui posyandu,” ujar Chandy, Rabu, 5 November 2025.
Ia menambahkan, selain soal data, kesiapan tiap posyandu juga menjadi pertimbangan penting agar proses distribusi berjalan tertib dan efisien.
“Kami juga menunggu kesiapan dari masing-masing posyandu, karena di sana nantinya penerima manfaat dikumpulkan dan diverifikasi sesuai data,” tambahnya.
Hingga pekan keempat pelaksanaan program MBG, dapur SPPG Jatimulya telah melayani 2.519 penerima manfaat dari 13 sekolah, terdiri atas TK, SD, MTS, dan SMP. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambah seiring pembaruan data dari BGN (Badan Gizi Nasional).
Menurut Chandy, sejak awal program MBG memang diprioritaskan bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Namun, di lapangan, sebagian besar penerima manfaat sementara ini masih didominasi oleh peserta didik.
“Arahan dari BGN pusat itu memang diutamakan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Tapi realitanya, di lapangan banyak yang mengutamakan anak sekolah lebih dulu,” ujarnya.
Ke depan, distribusi untuk kelompok ibu hamil akan difokuskan pada wilayah sekitar Kecamatan Terisi dan desa-desa yang sudah siap secara administratif maupun logistik. Dapur SPPG juga menerapkan sistem distribusi berbasis jarak tempuh agar pengiriman makanan tetap efisien dan terjaga kualitasnya.
“Kami tidak bisa melewati radius tiga kilometer atau waktu pengiriman lebih dari tiga puluh menit. Jadi semua dilakukan berdasarkan geospasial,” jelas Chandy. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait
