KUNINGAN,iNewsIndramayu.id – Masjid Ar Romli menjadi salah satu masjid tertua di Kuningan, Jawa Barat. Bahkan terdapat ukiran kayu berusia ratusan tahun, yang menjadi penyangga bagian dalam masjid hingga tetap berdiri kokoh sampai hari ini, Jumat (24/3/2023).
Selain masjid, terdapat pula Pondok Pesantren Ar Romli yang diketahui sudah berdiri sejak abad ke-16 oleh Eyang Sobaruddin. Jika di lihat, pada bagian dalam bangunan Masjid Ar Romli terdapat 6 tiang penyangga yang diperkirakan berusia ratusan tahun.
Menurut cerita, masjid itu merupakan hadiah dari Sunan Gunung Jati kepada Eyang Sobaruddin. Sosok Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah sendiri hidup pada tahun 1448-1569.
Seorang tokoh agama setempat, KH Engkos Kosasih menceritakan, jika ukiran kayu di 6 tiang penyangga masjid merupakan pesanan dari Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati sendiri meminta tolong kepada ahli ukir asal Garut.
“Jadi ceritanya dahulu wali ukir dari orang Garut diperintahkan Syekh Syarif Hidayatullah untuk membuat pilar. Yakni dengan ukiran khas kasepuhan Cirebon pada 7 masjid yang berada di Wilayah III Cirebon,” ungkapnya.
Menurutnya, pilar penyangga dan ukiran kayu hingga kini masih kokoh dan terawatt meski berusia ratusan tahun. Sebab masjid dibangun pada awal tahun 1900.
“Kalau pesantren yang tercatat di Kementrian Agama dibangun sekitar tahun 1940. Tapi mesjid ini dibangun pada tahun 1908, sesuai dengan lahirnya ayah saya KH Mama Jubaedi yakni anak dari Abah Romli,” bebernya.
Dia menjelaskan, untuk 6 penyangga pilar itu terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas Cirebon. Sementara maksud dari jumlah pilar penyangga itu memiliki arti sangat penting.
“Kalau jumlah 6 tiang ini, sesuai dengan Rukun Iman yang wajib diketahui umat muslim. Ada 6 Rukun Iman yang harus kita ketahui,” imbuhnya.
Dia menyebut, jika 6 tiang pilar penyangga masjid menjadi terlihat lebih tinggi, karena ada pondasi tambahan di bagian bawah pilar. Meski begitu, KH Engkos beserta keturunan Abah Romli tetap mempertahankan keaslian peninggalan sejarah.
“Kalau untuk perbaikan ya paling di sisi yang rusak saja, biar tidak rapuh. Tapi untuk bagian pilar itu masih terjaga dari keaslian peninggalan dulu,” pungkasnya.(*)
Editor : Tomi Indra Priyanto