INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id – Pameran seni rupa Reang Riung akan kembali digelar, kali ini di Oemah Lawas, sebuah tempat yang bukan sekadar tempat nongkrong, tetapi simbol dari kenangan masa lalu yang dihidupkan kembali melalui seni. Reang Riung #2 akan berlangsung di kedai kopi Oemah Tua dengan konsep interior seperti rumah tua di tengah perkampungan, bukan hanya menjadi ajang pameran, tetapi juga sebuah gerakan untuk membangun dan merawat budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Kembali ke Akar Budaya: Oemah Lawas Sebagai Wahana Nostalgia
Uthe KRAS, Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Indramayu, menekankan pentingnya pemilihan Oemah Lawas sebagai lokasi pameran kali ini. Oemah Lawas, yang penuh dengan nilai sejarah dari keluarga Erlan Wili Dosan, membawa nuansa nostalgia yang dalam.
"Saat berada di sini, saya seperti dibawa kembali ke masa-masa rumah nenek saya. Ada kehangatan dan keindahan yang sangat kuat, dan itulah yang kami coba hadirkan kembali melalui pameran ini," ujar Uthe, dengan nada penuh kenangan.
Oemah Lawas tidak hanya menjadi tempat untuk memamerkan karya seni, tetapi juga menjadi ruang di mana kenangan dan budaya bersatu. Lokasi ini sengaja dipilih untuk menciptakan pengalaman yang lebih intim dan mendalam bagi para pengunjung. Menurut Uthe, membawa seni ke dalam lingkungan yang sederhana dan akrab dengan masyarakat justru memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
"Ini adalah cara kita untuk menghidupkan kembali budaya, bukan dengan kemewahan, tetapi dengan kejujuran dan kedekatan," tambahnya.
Uthe KRAS melihat Reang Riung sebagai sebuah motor penggerak, sebuah upaya untuk mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih aktif dalam berkesenian.
"Kami ingin membangkitkan semangat berkarya di kalangan anak muda, agar mereka lebih mengenal dan mencintai seni rupa," jelasnya.
Uthe juga menekankan bahwa seni tidak hanya soal estetika, tetapi juga tentang membangun kebiasaan budaya yang positif. Tema "Siar Budaya" yang diusung pada pameran kali ini menyoroti pentingnya menyebarkan nilai-nilai budaya yang indah dan membangun, serta mengajak masyarakat untuk menciptakan dan merawat kebiasaan budaya yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya.
Pemilihan tema "Siar Budaya" tidak lepas dari keinginan untuk menjadikan pameran Reang Riung #2 sebagai gerakan budaya yang berkelanjutan. Uthe berharap, melalui pameran ini, masyarakat Indramayu tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga menjadi bagian dari proses kreatif.
"Kami ingin masyarakat merasakan bahwa seni adalah bagian dari kehidupan mereka sehari-hari, dan bahwa mereka juga memiliki peran dalam merawat budaya kita," katanya.
Erlan Wili Dosan, pemilik Oemah Lawas, merasa bangga dengan dipilihnya tempat ini sebagai lokasi pameran. Bagi Wili, Oemah Lawas bukan sekadar tempat, tetapi simbol dari semangat berkesenian yang hidup di masyarakat.
"Ini adalah kebanggaan bagi saya, bahwa Oemah Lawas bisa menjadi wadah bagi para seniman untuk menampilkan karya mereka," ujar Wili.
Dengan Reang Riung kedua ini, Dewan Kesenian Indramayu berupaya menghadirkan seni dalam bentuk yang lebih dekat dan relevan bagi masyarakat. Mengadakan pameran di tempat-tempat seperti Oemah Lawas memberikan kesempatan bagi lebih banyak orang untuk berinteraksi dengan seni, serta merasakan keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya.
"Ini bukan hanya tentang memamerkan karya, tetapi juga tentang membangun hubungan antara seni, budaya, dan masyarakat," pungkas Uthe KRAS.
Reang Riung di Oemah Lawas menjadi simbol dari sebuah gerakan budaya yang mendalam, mengajak semua orang untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga menciptakan kenangan baru yang indah dan bermakna melalui seni.
Editor : Tomi Indra Priyanto