INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id – Pameran seni rupa Reang Riung kembali digelar dengan sambutan antusias dari audiens di Oemah Lawas, Desa Margamulya, Bongas, Indramayu. Acara kedua Reang Riung yang dipenuhi oleh seniman dan pecinta seni ini dimulai dengan pembukaan dari Ki Dalang Karno pada Sabtu malam (31/8/2024) Hingga penutupan pada 7 September 2024 mendatang.
Dalam sambutannya, Ki Dalang Karno, seorang seniman dalang sekaligus penasehat di Dewan Kesenian Indramayu, tidak hanya menghidupkan kembali tradisi, tetapi juga memberikan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga dan merawat budaya lokal. Dengan gaya tutur yang khas, Ki Dalang Karno menjelaskan makna penggunaan menyan dalam adat istiadat.
Dia menekankan bahwa menyan bukan sekadar elemen mistis, melainkan sebuah simbol permohonan kepada Yang Maha Kuasa.
“Menyan itu bukan untuk mengundang roh jahat, tapi sebagai simbol injaluk (memohon), meminta berkah, dan kesejahteraan dari Yang Kuasa,” ujarnya dalam pembukaan Reang Riung #2.
Ki Dalang Karno juga mengaitkan aroma wangi menyan dengan harapan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan membawa kebahagiaan bagi semua yang hadir.
Pembukaan yang dilengkapi dengan ucapan kidung dan doa menjadi penegasan Ki Dalang Karno atas pentingnya berkah dan kebahagiaan yang diharapkan menyertai acara ini.
Dengan penuh rasa syukur, ia juga menyampaikan apresiasi kepada Bang Ute dan, salah satu penggagas kegiatan Reang Riung dan Erlan Wili Dosan atas terselenggaranya Reang Riung #2 dengan lancar.
Acara Reang Riung #2 di Oemah Lawas ini memang dirancang untuk membawa nuansa nostalgia sekaligus memperkuat ikatan antara seni dan budaya lokal. Oemah Lawas, dengan interiornya yang menyerupai rumah tua di tengah perkampungan, menjadi pilihan tepat untuk menciptakan suasana yang intim dan mendalam bagi para pengunjung.
Uthe KRAS, Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Indramayu, turut memberikan pandangannya tentang pentingnya mengadakan pameran di tempat seperti Oemah Lawas. Menurutnya, membawa seni ke lingkungan yang sederhana dan akrab dengan masyarakat justru memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
“Ini adalah cara kita untuk menghidupkan kembali budaya, bukan dengan kemewahan, tetapi dengan kejujuran dan kedekatan,” ungkap Uthe.
Dengan misi akan "Siar Budaya", pameran kali ini tidak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga mengajak masyarakat untuk menciptakan dan merawat kebiasaan budaya yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.
Uthe berharap, Reang Riung #2 menjadi gerakan budaya yang berkelanjutan, di mana masyarakat Indramayu tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga bagian dari proses kreatif.
Ki Dalang Karno menutup pembukaannya dengan doa dan harapan agar acara Reang Riung #2 ini membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.
"Mudah-mudahan acara ini berjalan lancar dan penuh berkah, serta menjadi awal yang baik untuk gerakan seni dan budaya di Indramayu," pungkasnya.
Editor : Tomi Indra Priyanto