get app
inews
Aa Text
Read Next : Lucky Hakim Janji Alokasikan Anggaran untuk Kegiatan Seni di Indramayu jika Terpilih

Akhmad Syaekhu Ceritakan Kronologi Tragedi Nadran Eretan Wetan Tahun 2000

Kamis, 05 September 2024 | 17:15 WIB
header img
Akhmad Syaekhu, yang kala itu menjadi saksi mata, mengisahkan bagaimana Tragedi Nadran tahun 2000 itu terjadi.

INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Tahun 2000 menjadi catatan kelam bagi masyarakat pesisir Eretan Wetan dan Parean, Indramayu. Di tengah perayaan Nadran, tradisi tahunan sebagai bentuk syukur nelayan, konflik massa pecah dan menyebabkan kericuhan.

Ketegangan antara masyarakat saat itu diperparah oleh situasi politik pasca-reformasi, berujung pada bentrokan besar yang menyisakan trauma bagi banyak orang. Akhmad Syaekhu, yang kala itu menjadi saksi mata, mengisahkan bagaimana Tragedi Nadran tahun 2000 itu terjadi.

Menurut Akhmad Syaekhu, seorang saksi mata dari peristiwa tersebut, konflik yang memanas di antara warga Eretan Wetan dan Parean pada tahun 2000 sebenarnya dipicu oleh ketegangan kecil yang terjadi saat perayaan Nadran. Insiden adu senggol ketika pemuda dari kedua desa berjoget di dekat rumah juragan Haji Jeni (Kaji Jeni) berubah menjadi pemantik kerusuhan. Kedua belah pihak merasa tersinggung dan segera menyebarkan kabar bahwa warga mereka telah dikeroyok.

Akhmad Syaekhu, yang saat kejadian sedang mewakili kegiatan pameran Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Indramayu (KAPMI), menjelaskan bahwa hubungan antara kedua desa sebenarnya saling bergantung, terutama di bidang perikanan. Namun, dalam kondisi euforia dan semangat persaingan antarwarga yang tinggi saat itu, hal-hal kecil mudah meledak menjadi konflik besar.

Ditambah dengan kondisi sosial-politik yang masih panas pasca-reformasi 1998, bentrokan yang awalnya hanya melibatkan beberapa pemuda dengan cepat meluas menjadi serangan antar massa dari kedua desa.

"Waktu itu masyarakat sudah dalam keadaan tegang, tidak berfikir rasional," kata Akhmad Syaekhu.

Akhmad Syaekhu menceritakan kembali bagaimana suasana yang semakin memanas setelah insiden adu senggol tersebut. Warga dari kedua desa, Eretan Wetan dan Parean, yang awalnya hanya terlibat dalam pertikaian kecil, mulai mengerahkan massa dalam jumlah besar.

Ia menggambarkan bahwa warga Eretan, terutama para nelayan, merasa terprovokasi oleh kabar bahwa beberapa dari mereka telah diserang oleh pemuda Parean. Sebaliknya, warga Parean pun menerima informasi serupa, bahwa salah satu warganya dikeroyok oleh pemuda Eretan.

Dalam situasi yang sudah panas ini, Akhmad menyoroti bagaimana masyarakat kedua desa tidak bisa mengendalikan emosi. Ia menggambarkan bagaimana struktur sosial nelayan, di mana ada ketergantungan antara juragan kapal dan para anak buah kapal (ABK), justru membuat suasana semakin kompleks.

"Saat itu juragan kapal nelayan di Eretan banyak mempekerjakan orang Parean sebagai anak buah kapal (ABK). Makannya situasinya jadi lucu, juragan-juragan ini kalo ngelawan berarti ngelawan anak buahnya sendiri, orang parean juga sama. Mereka juga berpikir masa mau nyerang majikan sendiri" ungkapnya.

Akhmad juga menekankan bahwa di balik kericuhan ini, ada rasa harga diri yang terluka di antara warga desa. Ketegangan yang bermula dari adu fisik kecil akhirnya berkembang menjadi bentrokan besar yang sulit dihentikan.

"Masyarakat merasa tersinggung, dan begitu tersulut, sulit untuk dihentikan," ujar Akhmad.

Konflik yang terjadi di tahun 2000 ini menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat setempat, terutama karena peristiwa tersebut terjadi pada momen Nadran yang seharusnya menjadi waktu perayaan dan kebersamaan bagi para nelayan.

Dampak dari konflik antara Desa Eretan Wetan dan Parean sangat signifikan baik secara material maupun psikologis. Akhmad Syaekhu mengungkapkan bahwa salah satu dampak utama adalah kerusakan yang melanda berbagai fasilitas dan infrastruktur.

"Pagi hari menjelang Nadran, semuanya hancur. Banyak bangunan dan rumah yang dibakar, terutama yang terletak di tepi jalan," jelasnya.

Ekonomi juga terkena imbas karena arus utama di jalur pantura sempat macet selama hampir seminggu sebab masyarakat melakukan sweeping kendaraan untuk memastikan warga Eretan tidak melintasi jalan tersebut.

"Jakarta bahkan menjerit saat itu. BBM ga jalan, air ga jalan, sembako ga jalan, semuanya terhenti sejak terjadi insiden itu," terang Akhmad.

Lebih lanjut, konflik ini juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam pada masyarakat.

"Trauma berat dirasakan oleh warga dari kedua belah pihak. Banyak orang yang merasa ketakutan dan tidak aman hingga mengungsi ke desa sebelah," ungkap Akhmad.

Konflik antara Desa Eretan Wetan dan Parean pada Nadran tahun 2000 bukan hanya mencerminkan ketegangan antarwarga, tetapi juga dampak luas yang melibatkan aspek sosial dan ekonomi. Seperti yang diungkapkan oleh Akhmad Syaekhu, insiden tersebut meninggalkan jejak yang mendalam pada masyarakat, mulai dari kerusakan material hingga trauma psikologis.

Editor : Tomi Indra Priyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut