Penari Senior Rokman dan Rokim Soroti Pentingnya Pelestarian Budaya

Nursaid
Rokman dan Rokim telah melahirkan ribuan penari sejak mereka mulai mendalami seni tari sejak tahun 1980-an. Mereka memulai karier dengan menari modern, seperti breakdance.

INDRAMAYU, iNewsIndramayu - Pameran seni bertajuk "Respect," yang digelar di Indramayu pada Senin (26/8/2024), menjadi ajang penting bagi dua penari senior, Rokman dan Rokim. Selain mendapatkan penghargaan Art Respect Syayidin kategori Feel of Dance, keduanya menyoroti pentingnya pelestarian budaya lokal di tengah arus modernisasi.

Dalam wawancara yang dilakukan di sela-sela acara tersebut, kedua tokoh seni ini berbagi perjalanan panjang mereka dalam dunia tari serta harapan mereka untuk generasi muda.

Rokman dan Rokim telah melahirkan ribuan penari sejak mereka mulai mendalami seni tari sejak tahun 1980-an. Mereka memulai karier dengan menari modern, seperti breakdance, namun kemudian beralih fokus pada tari daerah setelah menyadari pentingnya melestarikan warisan budaya lokal.

“Kami berdua merasa senang bisa mengembangkan tari daerah lalu melahirkan ribuan penari,” ungkap mereka.

Ketertarikan mereka pada breakdance bermula ketika mereka masih duduk di bangku SMP, di mana mereka bersama beberapa teman sering tampil di berbagai acara, termasuk di hadapan Bupati pada tahun 1980.

"Kami bertiga yang mengawal breakdance di sini. Selalu tampil bersama di mana-mana," ungkap Rokman saat mengenang masa-masa kejayaan breakdance pada tahun 1984.

Namun, seiring waktu, popularitas breakdance mulai meredup. Di titik inilah, Rokman dan Rokim mulai mempertimbangkan untuk beralih fokus.

"Setelah breakdance mulai terasaa sepi, kami mulai mencoba tari latar yang kami lihat di TVRI, tapi akhirnya kami memutuskan untuk mendalami tari daerah," tambah Rokman.

Keputusan ini menjadi titik balik dalam perjalanan seni mereka. Meskipun awalnya mereka menekuni tari modern, Rokman dan Rokim menyadari bahwa tari daerah menawarkan lebih banyak peluang untuk berkembang.

"Teman-teman sering tampil di Bandung, Taman Mini, dengan tari daerah. Saya merasa salah fokus kalau tetap di tari modern," jelas Rokman.

Keduanya mengingat momen-momen penting dalam perjalanan mereka, termasuk saat mendirikan sanggar tari pada tahun 1987, yang akhirnya resmi berbadan hukum pada tahun 2012.

Dalam wawancara tersebut, Rokman juga menekankan bahwa kesenian tradisional, seperti tari daerah dan gamelan, harus tetap dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. Ia menyebut bagaimana orang-orang dari luar negeri, seperti Profesor Eric North dari Amerika, sangat menghargai dan mempelajari budaya Indonesia. Hal ini menurutnya menjadi pengingat bahwa budaya kita sangat berharga dan tidak boleh diabaikan.

“Jangan sampai budaya kita lebih dihargai oleh orang luar, sementara kita sendiri melupakannya. Generasi muda harus tetap menjaga jati diri bangsa dan terus melestarikan seni budaya kita,” tegas Rokman.

Pameran "Respect" yang digelar oleh Syayidin ini bertujuan untuk mengajak masyarakat memahami seni dari hati, sekaligus menjadi platform bagi seniman-seniman lokal untuk menampilkan karya mereka. Rokman dan Rokim berharap pameran ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk kembali menghargai dan mencintai budaya Indonesia.

Pesan Rokman dan Rokim dalam pameran ini menjadi sangat relevan. Mereka menekankan bahwa seni dan budaya bukan hanya warisan, tetapi juga identitas yang harus dijaga dan dikembangkan oleh setiap generasi.

Editor : Tomi Indra Priyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network