Buka Pameran Reang Riung, Ray: Dari Gedung yang Mewah ke Kedai Kopi yang Sederhana

Nursaid
Ray Mengku Sutentra tampilkan dramatical reading di panggung Reang Riung

INDRAMAYU, iNewsIndramayu – Kegiatan Seni di Indramayu tengah menapaki babak baru dengan adanya penyelenggaraan pameran Reang Riung di kedai kopi lokal, Kopilink. Walau umumnya kedai kopi merupakan sebuah ruang yang tak lazim untuk pameran seni, namun justru di situ letak keistimewaannya. Ray Mengku Sutentra, Ketua Dewan Kesenian Indramayu (DKI), membuka pameran ini dengan sebuah renungan mendalam tentang eksklusivitas seni rupa dan upaya membawa karya seni kembali ke pangkuan masyarakat.

Dalam wawancara pada pidato pembukaan, Ray menyampaikan kegelisahan yang selama ini dirasakan oleh banyak seniman. Seni rupa, menurutnya, kerap kali terjebak dalam ruang-ruang eksklusif yang hanya dapat diakses oleh segelintir orang. Pameran-pameran biasanya digelar di gedung-gedung khusus yang jauh dari jangkauan publik umum.

"Selama ini seni rupa kalau kita lihat, pameran di gedung-gedung mewah yang mungkin kebanyakan orang enggak begitu (ikut serta) menyaksikan," ungkap Ray dengan nada prihatin.

Pameran di kedai Kopilink, yang merupakan yang pertama di Indramayu, menjadi sebuah upaya nyata untuk mengurai eksklusivitas tersebut. Ray mengingat kembali pengalamannya di Yogyakarta, di mana seni dibawa ke tengah masyarakat, ke tempat-tempat umum seperti pasar dan stasiun. Baginya, ini adalah model ideal di mana seni rupa tidak hanya menjadi milik kalangan tertentu, tetapi dapat diakses dan dinikmati oleh semua orang.

"Jauh beberapa puluh tahun masa kuliah di Jogja, konsep bahwa kesenian itu dikembalikan ke masyarakat sudah diterapkan. Inilah yang seharusnya kita mulai di sini," tegasnya.

Meski ada tantangan, seperti menjaga kualitas pengalaman menikmati seni rupa di tengah suasana kedai kopi yang ramai, Ray tetap optimis.

"Tantangannya kemudian bagaimana tidak mengarahkan penikmat seni rupa ini ... karena kita harus fokus, kalau misalnya ada sesuatu yang mengganggu, barangkali akan membuat pemaknaan yang berbeda. Tapi itu juga enggak masalah," ujarnya, menyoroti perbedaan cara menikmati seni di ruang publik dibandingkan di galeri yang lebih formal.

Menurut Ray, pameran ini juga memunculkan sebuah kesadaran baru akan potensi besar yang dimiliki oleh para seniman muda Indramayu. Ia merasa puas dan sangat mengapresiasi keterlibatan banyak pihak dalam acara ini, yang baginya lebih dari sekadar sebuah pameran. Ini adalah gerakan kolektif untuk membangun kembali semangat berkesenian yang inklusif.

"Melibatkan banyak pihak, mempunyai energi yang sama, itu yang lebih berharga .... Spirit bersamanya kan itu, bahwa ke depan kita masih punya tenaga bersama untuk membuat acara-acara seperti ini," tuturnya.

Ray juga menyoroti pentingnya langkah ke depan pasca pameran ini. Ia berbicara tentang perlunya pemetaan dan pendataan seniman rupa di Indramayu serta bagaimana hasil dari pemetaan ini dapat dimanfaatkan.

"Mapping itu penting, setelah mapping kita harus berpikir, ke depan mau ngapain? Makannya kita harus mengarhkan ke pengembangan perupanya," katanya, menekankan pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam dunia seni rupa.

Pameran Reang Riung ini tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga memantik diskusi tentang masa depan seni rupa di Indramayu, tentang bagaimana seni dapat lebih inklusif dan dekat dengan masyarakat. Ini bukan sekadar sebuah pameran di kedai kopi, tetapi sebuah simbol dari pergeseran paradigma dalam dunia seni rupa di Indramayu, di mana seni kini tidak lagi menjadi barang mewah yang eksklusif, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Editor : Tomi Indra Priyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network