iNewsIndramayu.id - Bulan Oktober 2024 menjadi waktu yang istimewa bagi umat Hindu di Bali, dengan sepuluh hari raya yang dirayakan menurut kalender Bali.
Salah satu yang paling dinanti adalah Hari Raya Kuningan, yang jatuh pada 5 Oktober.
Salah satu Hari Raya Hindu ini merupakan kelanjutan dari rangkaian Hari Raya Galungan dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat.
Selanjutnya, pada 2 Oktober, umat Hindu merayakan Buda Paing Kuningan dan Hari Tilem secara bersamaan.
Di hari tersebut, piodalan Batara Wisnu dilaksanakan, di mana upacara dipusatkan di paibon, dadia, atau panti.
Umat juga melakukan persembahyangan untuk memohon ketekunan dan anugerah kepada Sang Hyang Surya.
Upacara ini melibatkan berbagai sarana upakara, termasuk sirih yang dikapuri dan bunga-bunga harum.
Setelah itu, Hari Penampahan Kuningan pada 4 Oktober menjadi momen persiapan menjelang Hari Raya Kuningan.
Pada hari ini, umat melakukan penyembelihan hewan ternak, seperti ayam atau babi, sebagai bagian dari upacara.
Kegiatan ini merupakan simbol untuk mempersiapkan sarana upacara yang akan dilaksanakan pada Hari Raya Kuningan.
Hari Raya Kuningan sendiri diadakan dengan persembahan nasi berwarna kuning yang melambangkan kemakmuran.
Umat Hindu berdoa dan menghadap para dewa serta leluhur, sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat yang diterima selama ini.
Nasi kuning yang disajikan memiliki arti penting dalam konteks keberkahan dan kemakmuran.
Hari-hari penting lainnya juga akan dirayakan, seperti Buda Wage Langkir pada 9 Oktober, di mana umat melakukan persembahan kepada Sang Hyang Sri Nini, Dewa Sadhana.
Selain itu, Hari Bhatara Sri pada 11 Oktober menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk berdoa kepada dewi kemakmuran di lokasi yang berkaitan dengan bahan pangan, seperti sawah atau lumbung padi.
Setelah itu, pada 15 Oktober, Anggar Kasih Medangsia dirayakan dengan persembahyangan di Pura Luhur Uluwatu, Pura Goa Lawah, dan Pura Luhur Andakasa, yang bersamaan dengan upacara pujawali.
Selanjutnya, Hari Purnama pada 17 Oktober diwarnai dengan persembahyangan untuk memuja Sang Hyang Chandra.
Kajeng Keliwon Uwudan pada 20 Oktober dan Buda Keliwon Pegatuwakan pada 30 Oktober menandai akhir rangkaian perayaan, di mana umat akan mencabut penjor yang dipasang sebelumnya dan melakukan ritual tertentu sebagai penutup.
Setiap hari raya memiliki makna dan ritual yang kaya, mencerminkan kedalaman budaya dan spiritualitas umat Hindu di Bali.
Kegiatan ini bukan hanya memperkuat hubungan dengan Tuhan dan leluhur, tetapi juga mempererat ikatan sosial antarwarga masyarakat.***
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait