INDRAMAYU,iNewsIndramayu.id – Presiden RI Joko Widodo didampingi Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi melakukan panen raya di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (13/10/2023). Panen raya di Indramayu merupakan lokasi kedua, setelah sebelumnya melakukan kegiatan serupa di wilayah Subang.
Meski ada ancaman El Nino, namun Presiden Jokowi menyebut, hasil produksi padi di wilayah tersebut sangat baik. Apalagi luas lahan mencapai 760 hektare, terbagi di Desa Sumuradem 410 hektare dan Desa Karanglayung 350 hektare di Kecamatan Sukra, Indramayu.
“Ya (produksi padi) baik, kemarin di Subang, sekarang di Indramayu, saya kira karena memang ini, irigasi teknisnya masih sangat bagus,” kata Presiden Jokowi didampingi Plt Gubernur Jabar hingga Bupati Indramayu.
Dia menjelaskan, produktivitas petani di lokasi panen tersebut mencapai 8,6 ton/hektare. Saat ini, harga gabah di tingkat petani cukup tinggi yakni kisaran Rp 7.200 hingga Rp 7.400 per kilogram.
Meski begitu, pemerintah akan terus berupaya untuk menstabilkan harga beras di tingkat konsumen. “Jadi saya tadi tanyakan ke petani, satu hektar bisa 8-9 ton, rata-rata 8,6 ton/hektare dan harga gabahnya, sekarang senang semua petani, Rp 7.300, Rp 7.400, Rp 7.200, ya petani semua senang, tapi yang tidak senang itu konsumennya,” kata Presiden Jokowi.
Jokowi menegaskan, produksi padi secara nasional tercatat baik. Meski El Nino, Ia memastikan cadangan pangan nasional dalam posisi yang sangat kondusif.
“Ini saya melihat ke bawah itu, untuk memastikan bahwa produksi itu masih baik, tetapi memang turun karena super El Nino. Tapi produksi masih baik, cadangan di Bulog 1,7 (juta ton) dan akan datang lagi kira-kira 500-600 (ribu ton), jadi artinya cadangan pangan kita dalam kondisi aman,” bebernya.
Sementara Plt Mentan RI Arief Prasetyo memerintahkan jajaran Kementan, untuk terus mendongkrak produksi beras nasional ditahun mendatang. Saat penandatanganan pakta integritas di Kantor Kementan, dirinya meminta agar produksi padi meningkat dari 31,5 juta ton menjadi 35 juta ton.
“Kalau panen rayanya ada di semester 1, maka kita pastikan bahwa di semester akhir atau tiga bulan terakhir produksi rendah, akan rebutan GKP (gabah kering panen) di tingkat sawah, dan itu yang memicu kenaikan harga beras,” ujarnya.
Selain meningkatkan produksi, Arief juga meminta agar PT Perum Bulog maksimal melakukan penyerapan beras sebagai cadangan pangan pemerintah. Nantinya juga dapat digunakan sebagai stabilisasi harga.
“Jadi Bulog tugasnya bantu simpan. Kebetulan saya yang menugasi Bulog, kita buat sama-sama,” kata Arief yang menjabat pula Kepala Badan Pangan Nasional.(*)
Editor : Tomi Indra Priyanto