CIREBON, iNewsIndramayu.id-Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Ronianto, mengaku akan mengevaluasi terkait ambruknya atap baja ringan pada bangunan ruang kelas, guru, dan WC di SMPN 2 Greged, Jumat (12/1) pagi. Sebab, ruangan tersebut baru saja direhab pada tahun 2022.
Dugaan sementara penyebab atap tersebut ambruk, yakni karena konstruksi atap baja ringan yang menggunakan genteng berbahan dasar tanah liat. Harusnya, kata dia, pemasangan genteng tanah liat terlalu berat untuk rangka baja ringan, sehingga tidak kuat menopang genteng tersebut.
"Dugaan penyebab kami itu mungkin, karena konstruksinya menggunakan baja ringan tetapi gentengnya itu menggunakan genteng (tanah liat). Sehingga itu bebannya mungkin tidak sebanding. Apalagi tadi malam hujan besar," ujar Roni kepada wartawan saat melakukan peninjauan ke lokasi ambruknya atap bangunan ruang kelas, guru, dan WC di SMPN 2 Greged, Jumat (12/1).
Akibat kejadian ini, Roni pun melarang konstruksi bangunan di sekolah menggunakan genteng tanah liat pada rangka atap baja ringan.
"Langkah berikutnya kami sudah melarang untuk memakai genteng. Harusnya kalau pun itu harus dari baja ringan maka gentengnya pun harus genteng metal. Sehingga bebannya tidak terlalu berat," katanya.
Menurut Roni, pihaknya saat ini masih belum bisa memberikan keterangan secara pasti penyebab kejadian tersebut. Sebab diperlukan tenaga ahli untuk mengkajinya.
"Kita masih belum bisa memastikan, ini apa (penyebabnya). Mungkin pihak-pihak terkait. Kita belum tahu, mungkin para ahli yang akan melihat seperti apa," ucapnya.
Lebih jauh, Roni juga mengaku akan meminta klarifikasi kepada pihak rekanan yang mengerjakan proyek rehabilitasi atap ruangan tersebut pada tahun 2022.
"Nanti kita akan klarifikasi yah," ucapnya.
Ia pun mengaku prihatin atas kejadian tersebut. Katanya, para korban luka 3 orang siswa dan 3 orang siswi. Saat itu kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang berlangsung.
Para korban hanya mengalami luka ringan dan sudah kembali ke rumah masing-masing untuk proses penyembuhan. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto