INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id – Berbagai cara dilakukan para petani dalam hal pengendalian hama tikus di area pesawahan. Salah satunya membuat perangkap tikus yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis.
Sekelompok petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sudah berhasil mengaplikasikannya dan terbukti efektif dalam menjerat tikus di area pesawahan.
Namanya adalah Kelompok Tani (Poktan) Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) Sri Trusmi Satu, Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu.
Desa Kedokanbunder bisa dibilang desa percontohan yang sudah menerapkan teknologi Trap Barrier Sistem (TBS) dan Linier Trap Barrier Sistem (LTBS) serta rumah burung hantu (Rubuha).
Poktan PPAH Sri Trusmi Satu, sudah bermitra dengan Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field semenjak tahun 2018 hingga sekarang dan sudah bisa dinyatakan poktan yang mandiri.
Pengunaan teknologi yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan pipa-pipa Pertamina yang berada di lingkungan pesawahan, membuat teknologi ini sangat diminati oleh para petani di Indramayu.
Pengendalian yang dilakukan poktan di daerah endemik tikus ini tidak dengan cara dibakar, tetapi menggunakan teknologi TBS dan LTBS dan serta Rubuha.
Waklan selaku Ketua Poktan PPAH Sri Trusmi Satu, mengatakan bahwa untuk mengamankan areal pertanian dari serangan hama tikus, selain menggunakan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) dengan pupuk hayati juga menggunakan teknologi TBS, LTBS, dan Rubuha.
"Cara ini bisa dibilang sangat ampuh untuk membasmi serangan hama tikus di area pesawahan. Dalam sehari jebakan tikus ini bisa mendapatkan 8 sampai 20 tikus," ucap Waklan kepada media, Jumat (13/9/2024).
Menurut Waklan, pihaknya mendapatkan pendampingan dari Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) Kerja Tani Berdikari dan Ketahanan Pangan (Jari Tangan) sejak tahun 2018.
"Selama 2018, kami didampingi oleh pihak Pertamina EP untuk mengembangkan jenis agens hayati dan terbaru adalah TBS, LTBS dan Rubuha,” terangnya.
Untuk saat ini pesawahan menjadi habitat kawanan tikus untuk mencari makan dan merusak tanaman padi milik petani yang baru ditanam. Makanya dikembangkan sistem TBS, LTBS, dan Rubuha.
"Kawanan tikus tersebut sarangnya berada di jalur pipa Pertamina yang sulit dibasmi kalau dilakukan pembakaran, karena efek pembakan tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan para petani dan juga merugikan pihak Pertamina itu sendiri. Makanya kita gunakan teknologi yang ramah lingkungan," katanya.
Sementara itu, Officer Commrel & CID-CSR Pertamina EP Zona 7, Andhar Lutfi, ingin memastikan apakah program-program yang sudah berjalan mengalami kendala atau masih memerlukan pendampingan lagi.
"Alhamdulillah, Program Jari Tangan khususnya di Desa Kedokanbunder Wetan berjalan baik dan bisa dijadikan percontohan bagi daerah lain untuk menetapkan sistem teknologi pembasmi hama tikus yang sangat ramah lingkungan," ujarnya. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto