GARUT, iNewsIndramayu.id - Universitas Padjadjaran (Unpad) dan PT OS Selnajaya bekerja sama dalam penyaluran tenaga kerja ke Jepang. Pada kerja sama itu Unpad melalui Fakultas Keperawatan, dan PT OS Selnajaya meresmikan Garut Training Center, yang akan berperan dalam memberikan pelatihan dan pendidikan Bahasa Jepang bagi para tenaga kerja muda Program Caregiver (perawat lansia).
Pelatihan dan pendidikan bahasa tersebut merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak kolaborasi antara Indonesia dan Jepang dalam pengembangan sumber daya manusia di Tanah Air. Presiden Direktur PT OS Selnajaya Mr Satoshi Miyajima mengatakan, melalui kerja sama tersebut pihaknya berupaya menjembatani kebutuhan para pekerja usia muda Indonesia dengan pasar tenaga kerja di Jepang.
"Sebagaimana diketahui situasi pasar tenaga kerja di Jepang sulit untuk mendapatkan pekerja muda, pada sisi lain di Indonesia banyak pengangguran. Sebagai solusi, kami mencoba menjembatani kebutuhan pekerja muda Indonesia dengan kebutuhan pasar tenaga kerja Jepang," kata Satoshi di Garut, Selasa (12/9/2023).
Selain dapat mengisi kekosongan tenaga kerja di Jepang, Satoshi berharap para pekerja magang atau karir dari Indonesia yang bekerja di negaranya akan memiliki pengalaman berharga. Pengalaman tersebut setidaknya akan sangat bermanfaat bagi para pekerja itu sendiri, jika kembali ke Tanah Air atau mengembangkan karir keperawatan baik di dalam dan luar negeri.
"Jadi anak muda dari Garut yang ke Jepang mereka bisa mendapatkan pengalaman. Pengalaman itu bisa dibawa ke Garut dan membangun daerah. Bisa juga untuk pengembangan karir pribadi," ujarnya.
PT OS Selnajaya, tambah Satoshi, telah beroperasi di Indonesia selama 27 tahun. Dalam kurun waktu selama itu, 20 tahun diantaranya difokuskan PT OS Selnajaya dalam mengisi kebutuhan pasar tenaga kerja dalam negeri.
"Sementara untuk fokus ke luar negeri baru tujuh tahun. Kami berikan pelatihan dan pendidikan itu untuk pekerja yang akan dikirim ke Jepang," ucapnya.
Ia menyebut jumlah pekerja muda asal Indonesia yang telah diberangkatkan bekerja ke Jepang dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir berjumlah 6.500 orang. Seluruh pekerja ini, kata Satoshi, telah mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang digelar PT OS Selnajaya dan instansi terkait di Indonesia.
"Para pekerja yang mendapat pelatihan dan pendidikan 100 persen sudah bekerja di Jepang. Yang sudah berjalan itu sebelumnya dari beberapa daerah Indonesia," katanya.
"Bidang para pekerja muda yang kami salurkan bekerja ke Jepang itu beragam, sebelumnya kami sudah berangkatkan untuk pekerja di bidang industri otomotif, lalu konstruksi, kemudian caregiver atau perawat," paparnya.
Selain pasar tenaga kerja di Jepang, kata Satoshi, PT OS Selnajaya juga tengah membidik pasar tenaga kerja di Eropa dan Australia. Seperti Jepang, kebutuhan pasar tenaga kerja di Eropa dan Australia rata-rata didominasi sektor industri, konstruksi dan keperawatan.
"Minat pasar tenaga kerja di Eropa dan Australia sama seperti di Jepang. Menurut saya ini peluang dan dalam waktu dekat juga kami akan membantu menyalurkan pekerja ke Eropa serta Australia," ucap Satoshi Miyajima.
Di tempat yang sama, Kepala Kantor Unpad Garut Ahmad Yamin, menyatakan kesiapannya dalam menyiapkan segala sesuatu bagi para calon pekerja muda, yang akan mendapat pelatihan dan pendidikan sebelum diberangkatkan ke Jepang. Ahmad mengatakan calon pekerja muda yang akan diberangkatkan ke Jepang melalui program caregiver tersebut merupakan para siswa SMK jurusan Keperawatan.
"Para siswa SMK ini rencananya juga akan kami tawari pendidikan tinggi dengan sistem pembelajaran berbasis modul yang dilakukan melalui online. Sehingga jika mereka pulang ke Indonesia, pulang ke Garut misalnya, akan mendapatkan ijazah Keperawatan dari Unpad. Ijazah ini tentunya akan bermanfaat untuk bekerja di kemudian hari, sehingga selain mendapat pengalaman pada pekerja juga bisa memperoleh ijazah," ucap Ahmad.
Menurut Ahmad, ijazah bagi para pekerja muda ini merupakan terobosan baru dalam pengembangan sumber daya manusia dalam negeri. "Semoga ini bisa memberikan rangsangan bagi masyarakat untuk dapat ikut serta. Selain mendapat pengalaman kerja, juga memiliki ijazah untuk pengembangan karir," katanya.
Senada dengan Satoshi, Ahmad mengaku prihatin dengan menumpuknya pekerja muda di Indonesia yang menjadi pengangguran. Kondisi tersebut diakuinya sebagai dampak dari terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan di dalam negeri.
"Pendidikan formal S1 itu sudah begitu banyak. Akibatnya banyak kelulusan yang tidak terserap karena sifat pekerjaan outsourching. Kami berharap program ini bisa memberikan peluang baru dan mendapatkan respons positif dari masyarakat," kata Ahmad. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait