Iman menambahkan, pencegahan kekerasan terhadap anak harus dilakukan secara kolektif. Ia mendorong keterlibatan berbagai pihak, mulai dari ulama, sekolah, hingga aparat penegak hukum di tingkat desa dan kecamatan.
“Pencegahan harus protokol semua. Ulama bisa memberikan nasihat, sekolah masuk lewat pendidikan karakter, tetangga saling menjaga, dan aparat desa harus guyub. Semua elemen harus saling meyakinkan dan bekerja sama,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendidikan karakter sejak dini, seperti melalui Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), agar anak-anak memiliki pemahaman moral yang kuat dan terhindar dari perilaku negatif.
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indramayu kerap terjadi, terutama dipicu oleh faktor ekonomi dan kurangnya perhatian orang tua, khususnya di keluarga pekerja migran. Iman menilai, hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk memperkuat perlindungan anak, sekaligus mengedukasi masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
“Masalah sosial seperti ini harus menjadi perhatian bersama. Tidak hanya pemerintah, tapi semua stakeholder harus terlibat aktif agar Indramayu benar-benar menjadi Kabupaten Layak Anak, bukan hanya gelar,” pungkasnya. (*)
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait
