get app
inews
Aa Text
Read Next : Masuk Kerja di Hari Pemilu 2024, Pekerja Berhak Dapat Upah Lembur

Indramayu Lahirkan Gerakan Baru: Rakyat Berdaulat atas Pangan Sendiri Lewat RMU Lanusa

Kamis, 16 Oktober 2025 | 21:13 WIB
header img
Sekjen KPA Dewi Kartika bersama Bupati Lucky Hakim dalam kegiatan peresmian RMU Lanusa di Desa Sukaslamet, Kecamatan Kroya, Indramayu. (Foto: iNewsIndramayu.id/Wahyu Topami)

INDRAMAYU, iNewsIndramayu.id - Sebuah gerakan baru lahir dari Desa Sukaslamet, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu. Petani dan buruh di wilayah ini bergotong royong mendirikan Rice Milling Unit (RMU) Lumbung Agraria Nusantara (Lanusa), sebuah pabrik penggilingan padi berbasis rakyat yang diresmikan oleh Konsorsium Pembangunan Agraria (KPA) bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia, Kamis, 16 Oktober 2025.

Sekretaris Jenderal KPA Dewi Kartika menjelaskan, RMU Lanusa bukan sekadar pabrik penggilingan padi, melainkan simbol perubahan arah politik pangan Indonesia. Menurutnya, langkah ini menunjukkan bahwa reforma agraria sejati tak hanya soal redistribusi tanah, tetapi juga soal siapa yang menguasai dan memproduksi pangan nasional.

“Seringkali perjuangan reforma agraria dianggap hanya soal konflik tanah. Padahal yang juga penting adalah memastikan reforma agraria menjadi jalan bagi perubahan politik pangan nasional,” kata Dewi.

Ia menambahkan, sistem pangan selama ini lebih banyak dikendalikan oleh korporasi besar, membuat petani dan buruh hanya menjadi penonton di negeri sendiri. RMU Lanusa hadir untuk mengubah pola itu dengan memangkas rantai distribusi dari sebelas lapis menjadi empat, sekaligus memastikan beras sehat bisa dijangkau buruh dengan harga terjangkau.

“Melalui RMU ini, petani menjadi produsen utama dan buruh menjadi konsumen prioritas. Keduanya bersatu memastikan hak atas pangan yang sehat dan berkeadilan,” ujarnya.

Bupati Indramayu Lucky Hakim mengapresiasi langkah tersebut. Ia menilai, RMU Lanusa merupakan model ekonomi rakyat yang bisa diadopsi di berbagai daerah. Dengan sistem ini, kata Lucky, harga gabah petani bisa lebih tinggi, sementara buruh membeli beras dengan harga lebih murah.

“Biasanya dari petani ke tengkulak bisa sebelas rantai. RMU Lanusa memotongnya jadi hanya empat. Petani dapat harga lebih tinggi, buruh bisa beli beras lebih murah,” ujar Lucky.

Lucky menegaskan, jika model seperti ini diperbanyak, kesejahteraan masyarakat desa akan meningkat tanpa harus bergantung pada tengkulak atau modal besar.

“Kalau sistem seperti ini direplikasi di banyak tempat, dampaknya luar biasa. Daya beli buruh naik, kesejahteraan petani juga ikut meningkat,” tandasnya.

RMU Lanusa kini menjadi prototipe industri pangan berbasis rakyat yang mempertemukan dua kekuatan ekonomi desa,  petani dan buruh. Dengan semangat solidaritas dan gotong royong, pabrik penggilingan padi ini menjadi simbol kedaulatan pangan dari Indramayu di mana rakyat kembali berdaulat atas nasib pangannya sendiri. (*)

Editor : Tomi Indra Priyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut