Ia tidak menampik kondisi saat ini sangat ekstrem dan banyak areal pesawahan kekeringan. Hal itu, kata dia, karena proses tanam padi di musim tanam (MT) II atau Gadu mundur di bulan Juli. Kenapa mundur? Karena MT I (rendeng) juga mundur. MT I 2023-2024 dimulai di bulan Maret, seharusnya di bulan Desember-Maret dan April tanam lagi untuk MT II.
“Eksistingnya, MT I dimulai Maret-Juni dan Juli mulai MT II. Saat itu ada yang selesai tanam, baru tanam. Jadi MT 2 berhadapan dengan musim kemarau. Ini berisiko tinggi bagi kelangsungan tanaman padi, karena kekurangan air terutama di daerah hilir. Meski tanaman padi bukan tanaman air namun membutuhkan air,” ucap Imam.
Menurutnya, ekstra cepat penyelamatan lahan kekeringan selain sumur bor juga ada pompanisasi. Pompanisasi menggunakan sumber air permukaan (sungai). Jumlah sebelumnya ada 799 unit tersebar di kelompok tani dan sekarang ditambah lagi, sehingga menjadi 900 unit.
Dari jumlah 900 itu, disebar dan dikelola dengan sistem brigade (pinjam pakai) dan hibah. Brigade melalui Kodim 0616 ada 495 unit dan 100 unit brigade dinas dan ditempatkan di BPP dan sisanya pola hibah ke poktan. Itu lebih cepat karena ketika ada air langsung dipompa untuk mengairi areal pesawahan yang kekeringan.
Editor : Tomi Indra Priyanto
Artikel Terkait